Penyanyi dan penulis lagu, Dimas Farkhan, akan merilis debut EP bertajuk “Timeline” pada 15 Agustus 2025. Lewat rilisan ini, Dimas akan menghadirkan kumpulan lagu yang bertemakan kedekatan emosional, represi perasaan, dan transisi menuju kedewasaan. Dibangun dari pengalaman personalnya, “Timeline” adalah karya yang jujur, tulus, dan menyentuh.
Sejak usia 13 tahun, Dimas sudah menulis dan menyanyikan isi pikirannya. Tumbuh besar di Jakarta, ia banyak terinspirasi dari musisi seperti Gracie Abrams, Lorde, dan Phoebe Bridgers. Musiknya mengalun dalam produksi yang hangat dan atmosferik, dengan lirik-lirik yang terdengar seperti kutipan dari buku harian. Vokalnya yang lembut namun mantap mengajak pendengar untuk diam sejenak dan berdamai dengan perasaan mereka sendiri.
Setelah merilis single debutnya “What Have the Killers Done to the Heart of a Boy?” secara independen pada 2024, Dimas perlahan membangun warna musiknya sendiri berfokus pada lirik yang jujur dan melodi-melodi halus yang berbicara tanpa banyak basa-basi. Single tersebut menjadi refleksi penuh empati tentang rasa bersalah, luka batin, dan mencintai seseorang yang memikul beban emosional. Di tahun yang sama, ia merilis “Dead-End St. / Would You”, sebuah perjalanan emosional dua bagian tentang jarak, kerinduan, dan pertanyaan yang tak pernah terjawab. Lalu hadir “Young Love”, lagu yang menangkap intensitas rasa suka yang berlebihan dan koneksi imajinatif, serta getirnya cinta yang tak terbalas.
Tahun 2025, Dimas melanjutkan eksplorasinya lewat dua rilisan terbaru. “Tolerant” adalah sebuah balada rapuh yang berbicara tentang pengorbanan diri demi mempertahankan seseorang, bahkan ketika cinta terasa tidak pasti. Sementara “Parking Lot” menyajikan tekstur synth pop yang lembut dengan lirik introspektif tentang kesendirian, patah hati, dan keterikatan yang belum tuntas setelah perpisahan.
“Album ini benar-benar 100% cerminan diri aku sendiri,” ungkap Dimas tentang EP “Timeline”. “Selama proses pengerjaannya, banyak banget hal yang berubah. Aku ninggalin versi diriku yang udah nggak pengin aku jadiin lagi. Banyak hal yang aku jujur-jujurin di sini, termasuk perasaan-perasaan yang sebelumnya nggak berani aku akui.” Dikerjakan sepenuhnya secara mandiri, proses menulis lagu bagi Dimas terasa seperti menulis jurnal intim, reflektif, dan menjadi ruang aman untuk melepas kebingungan dan patah hati.
Judul “Timeline” dipilih karena merangkum perjalanan emosionalnya secara kronologis dari titik awal hingga keinginan untuk menutup satu fase hidup. Lagu pembuka dari EP ini menjadi representasi paling kuat dari narasi tersebut. Meski sempat merasa cemas membayangkan karya ini akan didengar dan dinilai banyak orang, Dimas berharap “Timeline” bisa menjadi teman yang menenangkan bagi siapa pun yang sedang mengalami hal serupa.
“Proses bikin album ini sangat menyembuhkan, dan aku harap orang lain juga bisa ngerasain hal yang sama,” tambahnya. Setelah EP ini dirilis, Dimas sudah menyiapkan banyak ide baru dan menargetkan perilisan proyek berikutnya pada tahun depan.